Wonosobo, AGRINEWS – Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (Disperpa) Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, hingga bulan Oktober 2025, menggelar program Kebun Belajar Tani bagi para pelajar sebanyak 15 kali.
Program ini menyasar siswa-siswi tingkat SMP dan SMA, agar mereka memahami proses pertanian sejak dini.
Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Dwiyama Satyani mengatakan, program ini tidak hanya menjadi sarana edukasi, tetapi juga investasi masa depan dalam menjaga keberlanjutan sektor pertanian di Wonosobo.
“Kami ingin anak-anak belajar dari proses awal hingga akhir, mulai dari olah-olahan, pembuatan pupuk cair, pembibitan, perawatan hingga pasca panen. Dengan begitu, mereka paham bagaimana pangan dihasilkan sebelum sampai di meja makan,” ujar Dwiyama, usai kegiatan Kebun Belajar Tani, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Kepala Bidang Bina Program dan Penyuluhan, Umar Shoid menambahkan, langkah ini merupakan upaya konkret dalam menyiapkan generasi penerus petani sejak dini.

“Lahan subur yang kita miliki, harus ada yang mengolah. Benih unggul yang kita hasilkan harus ada yang menyebar, bibit yang kita tanam harus ada yang merawat dan memanen,” ungkap Umar.
Menurut Umar, Kebun Belajar Tani merupakan investasi masa depan, bagi dunia pertanian, sekaligus menjaga keberlangsungan hidup masyarakat secara keseluruhan.
“Langkah ini menjadi penting, mengingat sebagian besar petani di Wonosobo saat ini berusia di atas 50 tahun. Jika tren ini terus berlanjut, dalam dua dekade ke depan, jumlah petani diperkirakan akan terus menurun, yang dapat mengancam ketersediaan pangan daerah,” imbuhnya.
Umar mengatakan, Kabupaten Wonosobo, telah menargetkan diri menjadi pusat agrobisnis di Jawa Tengah pada tahun 2045.
Visi besar itu bergantung pada tersedianya generasi muda yang mau dan mampu melanjutkan tongkat estafet pertanian.
Salah seorang peserta, Rahma Anisa, mengaku senang bisa belajar langsung di kebun.
“Biasanya cuma lihat petani mengolah lahan pakai cangkul atau mesin kultivator, sekarang bisa coba sendiri. Ternyata seru juga. Kalau pakai alat lebih ringan, nggak terlalu capek,” ujarnya.

Rahma, yang juga berasal dari keluarga petani, mengaku belum pernah diajarkan secara langsung tentang teknik bertani.
Karena itu, kegiatan seperti ini menjadi pengalaman berharga baginya.
“Senang banget bisa belajar langsung. Jadi tahu cara menanam yang benar. Terima kasih banget ada kegiatan kayak gini,” pungkasnya.
(Sumber: jatengprov.go.id)
















