Pasuruan, AGRINEWS – Arianto Nugroho, warga Desa Sentul, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur terus mengembangkan produk kain sutra yang dibuatnya.
Produk ini sangat berbeda dengan produk kain lainnya, karena lebih ramah lingkungan, zero limbah, serta sustainable.
Bahannya pun berasal dari benang yang dihasilkan oleh ulat sutra jenis Samia cynthia ricini.
Produk dengan brand “Kupu Sutera” ini, kini disukai masyarakat.
Bahkan karena uniknya, produk-produknya bisa menembus pasar ekspor, bahkan juga kerap ikut even pameran bergengsi seperti di Presidensi G20 Indonesia di Bali, beberapa waktu lalu.
Hal inilah yang membuat Pemerintah Kabupaten Pasuruan memandang perlu untuk pengembangan lebih besar lagi.
Salah satu caranya, dengan melakukan Studi Tiru ke Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat.
Studi Tiru ini dilakukan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Pasuruan, Yudha Triwidya Sasongko (21/11/2024).
Tak sendirian, Yudha datang ke IPB bersama beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) pendamping, seperti Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian maupun Dinas Koperasi dan Usaha Mikro.
Selama di sana, Yudha dan Kepala OPD terkait, diterima oleh Dekan Fakultas Peternakan IPB serta Civitas Akademika lainnya.
Menurut Yudha, studi tiru ini jadi bagian dari cara Pemkab Pasuruan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sektor peternakan, khususnya pengembangan industri ulat sutra.
Apalagi, ulat sutra yang dikembangkan di Desa Sentul, menjadi salah satu komoditas unggulan yang tidak hanya dapat memberikan nilai ekonomis, namun juga membuka peluang bagi pengembangan usaha peternakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Kami memandang studi tiru ini sangat penting untuk menggali ilmu pengetahuan, teknologi serta inovasi yang dapat diaplikasikan di Kabupaten Pasuruan,” ujarnya.
Yudha menambahkan, produk-produk dari kain sutra jenis Samia di Kecamatan Purwodadi, memiliki kualitas ekspor.
Mulai dari tas wanita, dompet, sepatu booth, sepatu kets, dan juga kain ecoprint.
Keunggulannya juga sangat banyak, yaitu kuat, dan dijamin awet.
Saat dijajal dibakar pada api, produk sutra tersebut tidak bisa terbakar.
Oleh karena ituah, agar jumlah produk yang dihasilkan lebih banyak dan pengembangan potensi ulat sutra di Kabupaten Pasuruan lebih maksimal, maka best practices dari Fakultas Peternakan IPB diharapkan dapat diterapkan dengan baik.
“Karena penelitian di bidang peternakan yang dilakukan Fakultas Peternakan IPB sudah dikenal luas dalam dunia pendidikan. Bukan dari pengetahuan teknis, tapi memperkuat kerja sama antara Pemda dengan akademisi. Harapannya, pengembangan kerja sama bisa diperluas untuk lingkup peternakan lainnya, termasuk pengembangan sapi potong dan sapi perah,” pungkasnya.
(Sumber: .pasuruankab.go.id)