TIKUS: Gropyok Hama Tikus, Petani Kabupaten Magelang Optimistis Bisa Panen Padi dengan Maksimal

Mahfud mengaku sudah melakukan berbagai cara untuk membasmi hama tersebut, agar tanaman padi bisa tumbuh dan mendapatkan hasil panen maksimal, salah satunya dengan memberi umpan racun pada sekitar liang sarang tikus

Gropyokan Tikus di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Sumber: beritamagelang.id)
banner 120x600

Magelang, AGRINEWS – Ratusan petani di Desa Banyuwangi, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, harus berjibaku mencari hama tikus yang menjadi momok menakutkan bagi mereka.

Seorang petani di Desa Banyuwangi, Mahfud mengatakan, serangan hama tikus di lahan sawah miliknya pada tahun 2025 ini, merupakan serangan yang terparah.

banner 325x300

Di lahan sawah seluas 0,5 hektare biasanya bisa menghasilkan padi sebanyak 2,5 ton, namun saat ini, hanya menghasilkan empat kuintal (400 kg – red.) saja.

“Saya bertani selama 37 tahun, kali ini yang parah. Saya nanam setengah hektar, biasanya 2,5 ton, ini hanya 4 kwintal (hasil panennya),” ujar Mahfud yang ikut serta dalam gerakan pengendalian organisme pengganggu tanaman tikus yang digelar Dinas Pertanian dan Pangan di Desa Banyuwangi, Bandongan, Kabupaten Magelang, pada hari Kamis (17/4/2025).

Mahfud mengaku sudah melakukan berbagai cara untuk membasmi hama tersebut, agar tanaman padi bisa tumbuh dan mendapatkan hasil panen maksimal, salah satunya dengan memberi umpan racun pada sekitar liang sarang tikus.

Namun, upaya itu kurang maksimal, karena hanya di sekitar sawahnya, sehingga hama tikus tetap datang lagi.

Maka dengan upaya bersama kali ini, Mahfud optimis mendatang hasil panen bisa kembali normal.

“Pakai racun tetes di kepala ikan lele atau ikan asin, hasilnya kurang signifikan karena hanya sendirian. Jika bareng, tikus tidak datang lagi dari sawah lainnya,” ungkapnya.

Untuk mengurangi kerugian para petani, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang menggelar Gropyokan atau Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Tikus.

Penyuluh Pertanian Lapangan dan kelompok tani dilibatkan dalam kegiatan itu.

Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kota Kabupaten Magelang, Rismanto menjelaskan, metode kali ini Gropyokan yakni bersama-sama dalam satu hamparan membasmi tikus selesai dalam satu hari, sehingga tikus tidak pindah ke blok lainnya.

Alat yang digunakan adalah sreng atau emposan dengan kandungan belerang.

Asap dari emposan membuat tikus mabuk dan mati dalam sarangnya.

Metode kedua adalah menebar umpan racun yang dicampur gabah padi.

“Tikus menjadi hama utama di sentra pertanian di Kabupaten Magelang, sekitar 15 kecamatan terserang hama tikus dengan luas sekitar 30 hektar,” pungkas Rismanto.

Serangan hama tikus pada tanaman padi di wilayah ini terjadi, karena lahan sawah di Kecamatan Bandongan banyak mengandung air.

Selain itu juga di disebabkan iklim ekstrem dengan pola tanam petani yang tidak bersamaan.

Untuk mengurangi serangan hama tikus, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan berharap, para petani menanam padi secara bersamaan dan memperhatikan pola tanam dengan mewaspadai OPT lain seperti tungro, penggerek batang, wereng coklat dan blas.

“Luasan serangan hama tikus tidak terlalu signifikan, tapi serangan hama lain yang harus kita waspadai,” tutur Romza.

Menurut Romza, lahan pertanian di wilayah Kabupaten Magelang yang terserang hama tikus mencapai 30.007 hektare.

Sejauh ini, 429 hektare sudah dilakukan pengendalian.

(Sumber: beritamagelang.id)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *