Jakarta, AGRINEWS – Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan jajarannya – khususnya Kementerian Pertanian, untuk melakukan modernisasi pertanian.
Hasilnya, saat ini cadangan beras sudah meningkat signifikan sehingga Indonesia menuju negara berswasembada pangan.
“Memang sekarang ini Kementerian Pertanian di bawah perintah dan petunjuk dari Bapak Presiden, kita melakukan transformasi pertanian ke modernisasi dengan mekanisasi, bukan mekanisasi. Dengan mekanisasi, diharapkan kita tanam lebih cepat dan produktivitas meningkat,” ujar Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Sudaryono saat menghadiri Public Hearing bertema “Negara Beri Bukti, Masyarakat Terima Hasil” di Jakarta, pada hari Rabu (28/5/2025).
Public Hearing Public Diplomacy tersebut adalah bagian dari rangkaian kegiatan “Double Check“, hasil kolaborasi Gerakan Milenial Pecinta Tanah Air (Gempita) dan Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO).
Wamentan menjelaskan, mekanisasi pertanian, saat ini sudah menggunakan alat-alat atau mesin pertanian yang canggih.
Selama Prabowo Subianto jadi Presiden, semua alat-alat itu bisa terpenuhi .
“Dengan mekanisasi panennya lebih cepat, hasil panen lebih cepat diolah, kemudian lahan bisa lebih cepat ditanami lagi sehingga dalam 12 bulan atau setahun kita nanamnya lebih banyak,” ungkap Wamentan.
Wamentan menambahkan, modernisasi pertanian tersebut sudah membuahkan hasil yang signifikan.
Cadangan beras hingga tanggal 30 Mei 2025, diprediksi mencapai 4 juta ton, menjadi cadangan beras yang tertinggi sejak Orde Baru (Orba).
“Insyaallah 2 hari lagi (30 Mei 2025 – red.), negara akan memiliki cadangan beras totalnya 4 juta ton. Sekarang kan 3,965 juta ton, sehari itu nambahnya sekitar 20 ribu ton. Jadi, kira-kira dua hari lagi akan menjadi 4 juta,” imbuh Sudaryono.
Sudaryono merujuk pada data yang telah dihimpun sejak tahun 1969.
Jumlah cadangan beras tertinggi sepanjang sejarah Indonesia tercatat pada bulan ini, yakni bulan Mei 2025.
Sebelumnya, cadangan beras tertinggi tercatat sebesar 3,029 juta ton pada bulan Juni 1997, ketika Soeharto menjabat sebagai presiden.
Sudaryono menegaskan, capaian tersebut merupakan hasil kerja keras dari seluruh pemangku kepentingan, bukan hanya dari Kementerian Pertanian.
“Ini bukan kerja Kementerian Pertanian saja. Yang kerja adalah petani kita di seluruh Indonesia,” pungkas Wamentan.
(Sumber: infopublik.id)