Nusa Dua, AGRINEWS – Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengungkap, produksi CPO Indonesia Januari-September 2025 mencapai 43 juta ton, naik 11% dibandingkan periode yang sama 2024.
Total ekspor minyak sawit beserta turunannya, termasuk CPO dan olahannya, oleokimia, juga biodiesel telah tembus 25 juta ton atau naik 13,4% dari angka 2024. Nilai ekspornya melejit 40% mencapai US$27,3 miliar.
Eddy, dalam pembukaan 21st Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2025 and 2026 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, 13 November 2025 itu, menambahkan, konsumsi domestik minyak sawit juga meningkat dari 17,6 juta ton menjadi 18,5 juta ton. Hal ini didorong peningkatan kebutuhan industri pangan, oleokimia, dan program energi berbasis biodiesel.
Sementara itu, M. Fadhil Hasan, Ketua Bidang Luar Negeri GAPKI, pada hari kedua IPOC 2025, menyatakan, pertumbuhan produksi bulan-bulan terakhir 2025, akan lebih rendah. “Kami mengharapkan sepanjang 2025 produksi CPO meningkat 3-7% dari 48,16 juta ton tons pada 2024 menjadi 49,61 juta – 51,54 juta ton.”
Untuk 2026, tren ini akan berlanjut lantaran cuaca yang menguntungkan, harga tinggi yang membuat peremajaan tertunda, dan panen tanaman baru hasil peremajaan. Karena itu GAPKI memprediksi produksi juga akan tumbuh 3-4%.
Lebih jauh Fadhil yang juga ekonom senior Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) tersebut membahas prediksi harga CPO. Dari Januari-Oktober 2025, rata-rata harga US$1.217/ton meningkat dari US$1.038/ton (CIF Rotterdam) periode yang sama tahun lalu. Pihaknya memperkirakan harga tetap tinggi sampai kuartal pertama 2026, berkisar US$1.050 – US$1.125/ton.
Sumber data: Presentasi M. Fadhil Hasan, Ketua Bidang Luar Negeri GAPKI, IPOC 2025, 14 November 2024
