Pekalongan, AGRINEWS – Kota Pekalongan, Jawa Tengah, saat ini tengah menghadapi permasalahan darurat sampah.
Menyikapi hal tersebut, warga Kelurahan Bendan Kergon RT 01 RW 07 turut andil dalam upaya pengurangan sampah dari rumah tangga.
Warga memanfaatkan sampah organik menjadi media biowash.
Mereka mempraktikkan langsung pembuatan media biowash, yakni cairan hasil fermentasi yang dapat mengurangi bau sampah, mempercepat pembusukan, dan mengubah sampah organik menjadi nutrisi tanaman.
Biowash dapat membantu pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Kegiatan ini digelar bekerja sama dengan Tim Pengelolaan Sampah Nol Kota Malang, di Jalan Muria No.1 Bendan, Kota Pekalongan (16/4/2025).
Wakil Wali Kota (Wawalkot) Pekalongan, Balgis Diab, hadir dalam kegiatan sosialisasi percontohan pengelolaan sampah organik menjadi media tanam atau kompos di RT 01 RW 07, Kelurahan Bendan Kergon, Kota Pekalongan tersebut.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya percepatan pengelolaan sampah rumah tangga melalui metode ramah lingkungan.
Balgis menyampaikan apresiasi langkah inisiasi yang dilakukan Wiwi dan Mimi, penggiat lingkungan yang telah berkontribusi besar dalam memulai percontohan percepatan pengelolaan sampah.
Sampah organik dari sisa sayuran dan makanan dapur diolah menggunakan media biowash, sehingga bisa langsung menjadi media tanam dalam waktu singkat.
“Menariknya, metode ini juga mampu mencegah sampah dari serangan lalat dan binatang lain, serta menekan emisi gas metana yang berkontribusi terhadap pemanasan global,” ujarnya.
Wawalkot berharap masyarakat dapat memulai pengelolaan sampah dari skala rumah tangga dengan mengolah sisa makanan menjadi media tanam.
“Meskipun lahannya kecil, media tanam di rumah dapat membantu meredam panas bumi dan memberikan manfaat lingkungan,” ungkap Balgis.
Ia juga menekankan pentingnya kesadaran bersama dalam menangani sampah, mulai dari rumah masing-masing.
Sementara itu, Widodo Astuti atau yang akrab disapa Wiwi, selaku mentor kegiatan sosialisasi pembuatan Biowash menambahkan, pengelolaan sampah organik menjadi kompos terdahulu secara tradisional membutuhkan waktu sekitar 3 bulan, namun dengan metode yang lebih modern yakni metode biowash, pengelolaan sampah tersebut bisa lebih cepat yaitu hanya membutuhkan waktu 1 detik.
“Harapan Saya, sampah-sampah dari dapur bisa tuntas dari tingkat rumah tangga (zero waste). Metode biowash ini merupakan turunan dari fermentasi kulit buah dengan biang Promic,” tutur Wiwi.
Wiwi menilai proses pembuatan biowash ini sangat mudah dan praktis.
Dengan menyediakan 40 ml Promic, 1.000 ml air kran (PAM), 200-300 gr kulit buah-buahan, sampah organik seperti kulit buah dan sisa sayuran kemudian dicampur dengan Promic dan diletakkan ke dalam wadah bersih/toples, tutup rapat selama 72 jam atau 3 hari (difermentasikan) agar menjadi biowash extract untuk selanjutnya dicampur dengan air kran agar bisa diaplikasikan ke tanaman.
Selanjutnya, untuk membuat media tanam atau kompos, cukup membutuhkan 100 ml Biowash Extract, 3 liter air kran (PAM).
Kemudian, dicampur, semprotkan atau ram secara merata ke sampah organik/sampah dapur.
“Satu detik menjadi media tanam dan apabila ditimbun tanah selama 2 minggu menjadi pupuk kompos. Untuk sampah anorganik di tingkat rumah tangga bisa disetor ke bank sampah. Keunggulan biowash ini, adalah tidak menimbulkan bau dan tidak dihinggapi lalat,” pungkasnya.
(Sumber: pekalongankota.go.id)