Home

KAMBING: Peternakan di Lereng Gunung Wilis, Madiun, Jadi Model Harmoni Ekonomi dan Konservasi

Didukung oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) sejak tahun 2024, KTH Tanjawi memulai program peternakan kambing dengan modal enam ekor ternak. Kini, delapan bulan berselang, jumlahnya melonjak menjadi 14 ekor, sekaligus menghasilkan pupuk organik yang bermanfaat bagi pertanian warga

Peternakan Kambing di Lereng Gunung Wilis, Madiun, Jawa Timur (Sumber: infopublik.id)

Madiun, AGRINEWS – Di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, upaya pelestarian lingkungan berpadu dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kelompok Tani Hutan (KTH) Tanjawi, yang berada di zona penyangga Cagar Alam Gunung Sigogor, membuktikan bahwa ekonomi dan konservasi dapat berjalan beriringan.

Didukung oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) sejak tahun 2024, KTH Tanjawi memulai program peternakan kambing dengan modal enam ekor ternak.

Kini, delapan bulan berselang, jumlahnya melonjak menjadi 14 ekor, sekaligus menghasilkan pupuk organik yang bermanfaat bagi pertanian warga.

Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria menyampaikan apresiasinya terkait inisiatif ini.

“Kami ingin mendorong masyarakat agar semakin mandiri secara ekonomi tanpa harus merusak hutan. Program ini menunjukkan bahwa kesejahteraan dan konservasi bisa berjalan bersama,” ujarnya pada hari Jumat (7/3/2025).

Selain menekan ketergantungan terhadap hasil hutan, peternakan ini juga menjadi model ketahanan pangan berkelanjutan.

Dengan bantuan mesin pencacah rumput, KTH Tanjawi mampu mengelola pakan silase sehingga ketersediaan makanan ternak tetap terjaga sepanjang musim.

Keberhasilan ini membangkitkan harapan baru bagi masyarakat sekitar.

Mereka bertekad memperluas usaha dan tetap menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya dan pelestarian alam.

“Kami ingin menjadi peternak mandiri yang tetap peduli pada kelestarian hutan,” ungkap salah satu anggota KTH.

Di tengah tantangan perubahan iklim dan tekanan terhadap kawasan konservasi, program berbasis masyarakat seperti ini membuktikan, bahwa solusi lokal bisa berdampak besar, karena menjaga hutan, bukan sekadar melindungi pepohonan, tetapi juga menciptakan ekosistem di mana manusia dan alam dapat hidup berdampingan.

(Sumber: infopublik.id)

Exit mobile version