Home

AYAM PETELUR: Kementan Sosialisasikan Pedoman Ayam Petelur Bebas Sangkar

Usaha budi daya ayam petelur tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi telur semata, namun juga perlu memperhatikan aspek kesejahteraan ternak

Peluncuran Buku tentang Usaha Budi Daya Ayam Petelur (Sumber: ditjenpkh.pertanian.go.id)

Bandung, AGRINEWS – Usaha budi daya ayam petelur tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi telur semata, namun juga perlu memperhatikan aspek kesejahteraan ternak.

Kementerian Pertanian (Kementan) RI mendorong sistem budi daya ayam petelur bebas sangkar (cage-free) sebagai langkah menuju peternakan adaptif, berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Sosialisasi Buku Pedoman Sistem Produksi Ayam Petelur Bebas Sangkar digelar sebagai hasil kolaborasi Kementan dengan Catalyst Thailand di Bandung (13/12/2025).

Kegiatan tersebut menjadi forum strategis untuk memperkuat pemahaman bersama mengenai standar produksi cage-free, meningkatkan kapasitas teknis pemangku kepentingan, serta membuka ruang diskusi konstruktif agar lebih implementatif.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Hary Suhada, menyampaikan apresiasi kepada Catalyst sebagai mitra teknis, atas kontribusi aktif dalam penyusunan pedoman.

Menurutnya, pedoman ini disusun sebagai respon atas dinamika perunggasan global yang semakin menekankan aspek keamanan pangan, keberlanjutan, dan kesejahteraan hewan.

“Industri perunggasan Indonesia terus tumbuh signifikan. Namun, seiring meningkatnya kesadaran konsumen dan tuntutan pasar global, diperlukan rujukan teknis dan standar operasional yang mampu menjawab kebutuhan tersebut. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menerapkan sistem produksi ayam petelur bebas sangkar secara tepat dan berkelanjutan,” ujar Hary.

Ia menambahkan, meningkatnya komitmen global terhadap penggunaan telur cage-free, membawa implikasi langsung bagi pasar domestik dan membuka peluang bagi pelaku usaha nasional untuk meningkatkan daya saing.

Karena itu, kehadiran pedoman resmi dinilai penting untuk memberikan kepastian standar, tata kelola produksi, serta praktik terbaik yang dapat diadaptasi secara bertahap sesuai kondisi teknis dan sosial-ekonomi di lapangan.

“Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penerapan sistem produksi ayam petelur bebas sangkar yang memperhatikan aspek biologis, teknis, sosial-ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Selain itu, pedoman ini merupakan instrumen penting dalam mendorong transformasi industri perunggasan nasional menuju sistem produksi yang lebih modern, adaptif, dan berorientasi pasar,” imbuhnya.

Sementara itu, President of Catalyst Co. Ltd., Wadchara Pumpradit menambahkan, peluncuran pedoman cage-free sebagai langkah penting dan inspiratif.

Menurutnya, Indonesia menunjukkan kepemimpinan nyata di kawasan dalam pengembangan standar kesejahteraan hewan dan pertanian berkelanjutan.

“Dengan adanya pedoman ini, Indonesia menetapkan fondasi yang kuat bagi pengembangan standar dan sertifikasi sistem produksi ayam petelur bebas sangkar ke depan. Ini tidak hanya membanggakan bagi Indonesia, tetapi juga berpotensi menjadi tolok ukur bagi kawasan ASEAN,” imbuh Wadchara.

Dari kalangan akademisi, Wakil Dekan Bidang Pembelajaran, Kemahasiswaan, dan Riset Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Indrawati Yudha Asmara mengatakan, tantangan utama dalam penerapan sistem cage-free terletak pada aspek manajemen lingkungan, nutrisi, dan biosekuriti.

Oleh karena itu, integrasi pendekatan ilmiah dengan pemanfaatan teknologi seperti Internet of Things dan kecerdasan buatan menjadi kunci untuk menjaga kesehatan ternak, sekaligus mengoptimalkan produktivitas.

(Sumber: ditjenpkh.pertanian.go.id)

Exit mobile version