Berita  

TIKUS: Waspadai Leptospirosis di Musim Hujan, Penyakit dari Kencing Tikus

Hati-hati terhadap penyakit Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira melalui kencing tikus

Waspada Penyebaran Penyakit Leptospirosis Melalui Tikus (Sumber: warta.jogjakota.go.id)
banner 120x600

Yogyakarta, AGRINEWS – Pemerintah Kota Yogyakarta mengingatkan warga agar mewaspadai penyakit Leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira melalui kencing tikus, karena saat musim hujan, berpotensi berkembang biak perantara penyakit seperti tikus yang membawa bakteri Leptospira.

Untuk itu, Pemkot Yogyakarta mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mencegah Leptospirosis.

banner 325x300

“Kami mengingatkan potensi penyakit infeksi emerging seperti leptospirosis yang ditularkan melalui oleh tikus sebagai perantara di musim hujan ini,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, pada hari Selasa (3/12/2024).

Emma menyatakan penyakit Leptospirosis perlu diwaspadai, karena telah memasuki musim penghujan.

Sampah bisa memicu berkembangnya tikus yang menjadi perantara penyakit, khususnya limbah makanan keluarga yang menumpuk di lingkungan berpotensi memancing kemunculan dan tikus yang membawa bakteri Leptospira.

“Genangan air pascahujan bisa berpotensi tercemar (air kencing tikus pembawa bakteri Leptospira) menjadi faktor risiko terjadinya paparan,” ungkapnya.

Kenali Bahaya Penyakit Leptospirosis dari Tikus (Sumber: warta.jogjakota.go.id)

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat sejak Januari 2024 sampai saat ini, ada 7 kasus Leptospirosis.

Dari jumlah tersebut, 1 kasus Leptospirosis ada yang meninggal dunia.

Selain itu, hasil survei tikus di awal tahun 2024 yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada salah satu kecamatan, ditemukan positif bakteri Leptospira pada tikus.

Pihaknya juga telah mengingatkan para pemangku wilayah, terkait kewaspadaan bersama penyakit Leptospirosis dalam kegiatan Koordinasi Kewaspadaan Bersama pada Penyakit Infeksi Emerging (PIE) di Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu.

“Harapannya, semua lintas sektor terutama pemangku wilayah, bersama puskesmas, petugas kesehatan di wilayah dan kader, dapat melakukan edukasi kepada warga Kota Yogyakarta terkait pencegahan Leptospirosis,” ujar Emma.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah menambahkan, sampai saat ini tidak ada peningkatan kasus Leptospirosis di Kota Yogyakarta.

Ia menjelaskan, Leptospirosis bisa ditularkan melalui kencing tikus yang terinfeksi bakteri leptospira.

Bakteri masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan genangan air sungai, selokan, atau lumpur yang tercemar kencing tikus.

“Sampai saat ini (kasus leptospirosis) masih aman terkendali. Tapi masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan mencegah Leptospirosis,” imbuh Lana.

Lana menyebutkan gejala-gejala tubuh yang terinfeksi Leptospirosis, berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, khususnya di daerah betis, paha, mata kuning, merah dan iritasi serta diare.

Jika mengalami gejala-gejala itu dan melakukan pekerjaan yang berisiko terpapar urine tikus, diharapkan segera memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan atau puskesmas terdekat.

(Sumber: warta.jogjakota.go.id)

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *