Berita  

TIKUS: Soal Leptospirosis, Pemkab Lumajang Edukasi Warga untuk Antisipasi Dini di Tengah Peralihan Musim

Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengedukasi warga agar lebih waspada terhadap leptospirosis, penyakit menular yang berpotensi meningkat saat peralihan musim hujan ke musim kemarau.

Waspada Penyebaran Leptospirosis (Sumber: portalberita.lumajangkab.go.id)
banner 120x600

Lumajang, AGRINEWS – Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengedukasi warga agar lebih waspada terhadap leptospirosis, penyakit menular yang berpotensi meningkat saat peralihan musim hujan ke musim kemarau.

Data terbaru mencatat, sejak bulan Januari hingga awal Juli 2025, terdapat 22 kasus leptospirosis di Lumajang.

banner 325x300

Seluruh pasien berhasil disembuhkan, namun tren ini tetap menjadi perhatian serius bagi Pemkab, dalam menjaga keselamatan dan kesehatan warga.

“Pemerintah hadir bukan hanya saat mengobati, tapi juga dalam upaya pencegahan. Kami terus mendorong literasi kesehatan agar masyarakat memahami bahaya leptospirosis dan cara menghindarinya,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Lumajang Marshall Trihandono (2/7/2025).

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menyebar melalui air tercemar urine hewan, terutama tikus.

Aktivitas di lingkungan lembap dan genangan tanpa alat pelindung diri seperti sepatu boot atau sarung tangan karet, meningkatkan risiko paparan.

Melalui berbagai kanal komunikasi publik, Pemkab Lumajang terus mengimbau warga untuk menjaga kebersihan lingkungan, menghindari genangan air saat beraktivitas, menggunakan APD (alat pelindung diri) saat bekerja di area berisiko, serta segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan, jika mengalami gejala demam, nyeri otot, atau sakit kepala.

Pendekatan komunikasi risiko berbasis komunitas juga terus diperkuat, mengingat leptospirosis bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi tantangan bersama dalam menjaga lingkungan yang sehat dan aman.

“Penyakit ini bisa dicegah jika warga memahami pola penularan dan melakukan langkah perlindungan sejak awal. Di sinilah, pentingnya peran bersama antara pemerintah dan masyarakat,” ungkap Marshall.

Sebagai perbandingan, tahun 2024 lalu, tercatat 24 kasus leptospirosis.

Penurunan jumlah kasus di tahun ini, menjadi bukti efektivitas pendekatan promotif dan preventif yang dijalankan.

Meski demikian, kewaspadaan tetap menjadi kunci.

(Sumber: portalberita.lumajangkab.go.id)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *