Padang, AGRINEWS – Kota Padang, Sumatra Barat, mengalami penurunan luas lahan sawah yang signifikan.
Dari total 4.341 hektare lahan sawah yang tersedia, hanya 2.500 hektare saja yang dapat dipertahankan hingga tahun 2030.
Menurut Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang disusun Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Padang pada tahun 2022, banyak lahan sawah telah mendapat izin untuk dialihkan fungsinya menjadi area perumahan.
Saat ini, sekitar 1.841 hektare lahan sawah telah mendapatkan izin pembangunan, meskipun belum semuanya dibangun.
Selain lahan sawah, Kota Padang juga memiliki 1.000 hektare lahan hortikultura yang masih dimanfaatkan untuk pertanian sayur dan buah.
Kepala Dinas Pertanian Kota Padang, Yoice Yuliani menyatakan, lahan sawah yang berubah fungsi menjadi perumahan, umumnya berada di sekitar permukiman warga.
“Sawah yang paling luas berada di Kecamatan Koto Tangah, sementara Kecamatan Padang Barat dan Padang Utara sudah tidak memiliki sawah sama sekali,” ujar Yoice melalui keterangan pers, pada hari Selasa (28/1/2025).
Dengan semakin berkurangnya luas sawah, kemampuan Kota Padang dalam memenuhi kebutuhan pangan pun menurun.
Jika sebelumnya, Padang bisa memenuhi 30 persen kebutuhan beras sendiri, kini angka itu diperkirakan hanya 20-25 persen.
Untuk menutupi kekurangan produksi, Kota Padang harus bergantung pada pasokan beras dari daerah tetangga seperti Solok, Pesisir Selatan, Pariaman, dan Tanah Datar.
Untuk mengatasi penurunan produktivitas akibat berkurangnya lahan sawah, Pemkot Padang mengandalkan beberapa strategi, seperti:
– Penggunaan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan hasil panen
– Pemanfaatan bibit unggul agar produksi padi tetap optimal
– Penggunaan pupuk organik guna menjaga kesuburan tanah
Saat ini, produktivitas sawah di Kota Padang mencapai 5,2 ton per hektare.
Dengan berbagai inovasi pertanian, diharapkan produksi dapat tetap stabil meskipun luas sawah terus berkurang.
Meski luas sawah menyusut, pasokan air untuk irigasi di Kota Padang masih dalam kondisi aman.
Curah hujan yang tinggi dalam beberapa bulan terakhir, juga membantu mempertahankan ketersediaan air di daerah persawahan.
Dari sisi tenaga kerja, jumlah petani di Kota Padang saat ini sebanyak 15.000 kepala keluarga.
Walau sudah muncul petani milenial, mereka lebih banyak bergerak di sektor hidroponik dibandingkan pertanian sawah.
“Petani milenial belum banyak yang terjun ke lahan sawah. Mereka lebih tertarik ke pertanian hidroponik. Ke depan, kami akan mendorong mereka agar mau berkecimpung di sektor persawahan,” ungkap Yoice.
Terkait dengan pupuk bersubsidi, ketersediaan di Kota Padang saat ini sudah mencukupi.
Pada awal tahun 2024 sempat terjadi kekurangan pupuk, karena hanya 30 persen dari kebutuhan yang disalurkan oleh Kementerian Pertanian, namun kini, kuota pupuk bersubsidi sudah kembali normal.
“Dengan pupuk yang mencukupi dan dukungan teknologi, kami optimistis produksi padi di Kota Padang bisa tetap terjaga, meskipun luas lahan berkurang,” pungkas Yoice.
(Sumber: infopublik.id)