Riau, AGRINEWS – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III menginisiasi program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) melalui pola intercropping atau tumpang sari dengan menanam padi gogo.
Program ini diharapkan mendukung perekonomian petani lokal pascareplanting, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.
Bupati Siak, Riau, Alfedri menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif ini.
“Kita tentu mengapresiasi PTPN lewat Program “Tampan” ini. Pascareplanting selama tiga tahun, petani tidak memiliki penghasilan. Dengan tumpang sari padi gogo, mereka akan memiliki sumber pendapatan,” ujarnya di Kampung Berumbung Baru, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Riau, pada hari Minggu (30/11/2024).
Sementara itu, Direktur Utama PTPN III, Mohammad Abdul Ghani mengatakan, program ini merupakan langkah strategis mendukung swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional.
Melalui Program Tanam Padi PTPN (Tampan), intercropping perdana dilakukan di areal tanam ulang sawit plasma milik KUD “Koperasi Produsen Karya Maju”.
“Sebagai pilot project, padi gogo akan ditanam di lahan PSR dengan potensi intercropping selama dua tahun pada areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) pertama dan kedua,” ujar Abdul Ghani.
Program ini menargetkan pengelolaan intercropping pada areal PSR seluas 206 ribu hektare hingga tahun 2029.
Dari total 16,38 juta hektare perkebunan sawit di Indonesia, 42 persen atau sekitar 6,94 juta hektare merupakan milik rakyat.
2,8 juta hektare di antaranya, sudah berusia di atas 25 tahun dan perlu diremajakan.
Untuk keberhasilan program, PTPN III membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, BPDP, pemerintah daerah, produsen bibit dan pupuk, hingga kelompok tani.
“Jika potensi ini dimanfaatkan maksimal, tanpa membuka lahan baru, kita bisa mewujudkan swasembada beras dalam dua tahun,” ungkap Abdul Ghani.
Terkait hal ini, Wakil Menteri BUMN, Aminuddin Ma’ruf menegaskan, program ini adalah bagian dari komitmen BUMN dalam memperkuat sektor pangan.
“Jika dalam satu hingga dua tahun kita melakukan replanting 1,4 juta hektare, maka program tumpang sari padi gogo bisa menghasilkan 700 ribu ton padi per tahun. Ini akan mendukung swasembada pangan nasional,” ungkap Aminuddin.
Ia menambahkan, program ini menunjukkan sinergi antara BUMN, petani, dan akademisi dapat menghasilkan solusi konkret dalam mengatasi tantangan pangan nasional.
Program “Tampan” diharapkan menjadi contoh sukses yang menginspirasi inisiatif serupa di berbagai wilayah Indonesia.
Dengan dukungan semua pihak, target swasembada pangan nasional dalam dua tahun ke depan diyakini dapat tercapai.
(Sumber: infopublik.id)