KOPI: Sentralisasi Pascapanen, Kunci Standardisasi Kualitas Kopi Khas Batang, Jawa Tengah

Dengan sistem yang lebih terstruktur, kopi khas Surjo dan Tombo asal Batang, diharapkan dapat menunjukkan identitasnya yang unik di kancah nasional

Kopi Khas Batang, Jawa Tengah (Sumber: infopublik.id)
banner 120x600

Batang, AGRINEWS – Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah terus berupaya meningkatkan daya saing kopi lokal melalui sistem sentralisasi dan standardisasi pascapanen.

Upaya tersebut bertujuan untuk menciptakan konsistensi kualitas produk, agar kopi khas Batang dapat dikenal luas di pasar nasional.

banner 325x300

Ketua TP PKK Batang, Faelasufa Faiz menyatakan, pentingnya pembinaan terstruktur bagi petani kopi.

“Kita perlu memastikan green bean yang dihasilkan memenuhi standar pasar. Sentralisasi pascapanen akan menciptakan kualitas yang seragam sebelum sampai ke konsumen,” ujarnya di Batang, pada hari Sabtu (3/5/2025).

Ia menyayangkan praktik saat ini, dimana kopi Batang sering diklaim sebagai produk daerah lain karena kurangnya branding.

Sementara itu, M. Noverian Aditya selaku pendiri Java Kirana, menekankan manfaat sistem sentralisasi.

“Dengan pemantauan kualitas terpusat, kita bisa meminimalisir ketimpangan antarpetani, sekaligus memenuhi preferensi pasar,” jelasnya.

Pola itu diharapkan mampu menaikkan pamor kopi Batang baik dari segi mutu maupun harga jual.

Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang juga telah mengintensifkan pembinaan, khususnya pada tahap pascapanen.

“Kami fokus pada skala prioritas untuk memaksimalkan hasil,” imbuh Kepala Dispaperta, Sutadi.

Pembinaan yang dilakukan, mencakup teknik pengolahan pascapanen hingga pemasaran untuk menjamin kualitas produk tetap terjaga.

Ma’ruf dari Batang Coffee mengungkapkan, kendala nyata di lapangan.

“Dari 2.000 ton produksi, lebih dari 50 persen dibeli produsen Temanggung. Kami juga menghadapi pencurian hasil panen dan fluktuasi cuaca,” tuturnya.

Sekitar 3.000 petani binaan masih kesulitan mendapatkan harga yang layak akibat penjualan mandiri yang tidak terorganisir.

Ia juga berharap adanya dukungan lebih intensif dari pemda.

“Pembinaan teknis dan penguatan kelembagaan petani sangat dibutuhkan agar kami bisa bersaing secara mandiri,” pungkas Ma’ruf.

Dengan sistem yang lebih terstruktur, kopi khas Surjo dan Tombo asal Batang, diharapkan dapat menunjukkan identitasnya yang unik di kancah nasional.

(Sumber: infopublik.id)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *