KETELA: Distan Pangan Kabupaten Magelang Dorong Petani Olah Ketela Jadi Makanan Kekinian

Selama ini, hasil panen ketela dipasarkan konvensional. Para petani menjual hasil di ladang, dan sebagian lainnya diolah menjadi makanan tradisional seperti lemet, gethuk, sawut, hingga kerupuk tepung ketela

Pemanfaatan Ketela di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Sumber: beritamagelang.id)
banner 120x600

Magelang, AGRINEWS – Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar sosialisasi pemanfaatan pangan berbasis sumber daya lokal ke anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Sidoseneng, Dusun Tunggangan, Desa Wuwuharjo, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada hari Jumat (2/5/2025).

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Kabupaten Magelang, Ade Sri Kuncoro Kusumaningtyas mengatakan, kegiatan ini untuk mendukung pengembangan diversifikasi pengolahan pangan berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan ekonomi para petani.

banner 325x300

Selama ini, hasil panen ketela dipasarkan konvensional.

Para petani menjual hasil di ladang, dan sebagian lainnya diolah menjadi makanan tradisional seperti lemet, gethuk, sawut, hingga kerupuk tepung ketela.

“Selain mengantisipasi krisis pangan di sana, bisa diatasi dengan pangan olahan yang memiliki nilai jual untuk mendapatkan nilai tambah dari ibu rumah tangga setempat,” ujar Ade (2/5/2025).

Ade menambahkan, kegiatan akan dilanjut pelatihan pembuatan aneka ragam makanan cita rasa modern dari ketela pada Selasa (6/5/2025).

Pelatihan ini melibatkan Dinas Perdagangan Koperasi (Disdagkop) UMKM Kabupaten Magelang dengan fokus pembuatan tepung singkong mocaf, atau Modified Cassava Flour.

Tepung mocaf yang lebih putih, halus, dan memiliki tekstur lebih elastis dibandingkan tepung singkong biasa, bisa dijual lebih tinggi nilainya dari pada makanan yang sudah jadi karena menjadi bahan baku utama pembuatan kue tart, bolu dan lain lain.

“Itu untuk menambah nilai jual ketela yang dianggap biasa, naik kelas setelah diolah menjadi berbagai makanan kekinian sehingga kehidupan petani pun meningkat,” imbuh Ade.

Selain di Desa Wuwuharjo, pelatihan olah pangan lokal berbahan baku pertanian lokal ini, juga digelar di Desa Wonoroto Kecamatan Windusari, Desa Majaksingi Borobudur dan Desa Ketundan, Kecamatan Pakis.

Berdasarkan data, luas tanaman ketela di wilayah Desa Wuwuharjo, Kecamatan Kajoran sekitar 87 hektare.

Produktivitas lainnya, adalah beberapa jenis tanaman pisang yang mencapai 91.714 rumpun.

Kepala Desa Wuwuharjo, Akhmad Yani mengungkapkan, pihaknya sangat senang dengan pelatihan pengolahan produk berbahan lokal karena akan menambah keuntungan bagi warga Wuwuharjo, khususnya saat harga panen di ladang murah.

Menurutnya, saat ini harga ketela di kebun sangat murah yaitu hanya Rp1.000/kg.

Sedangkan harga pisang di tingkat petani, minimal Rp40.000 per tandan, tergantung besar kecilnya.

“Ketela lebih banyak dijual panen, tapi pisang belum ada yang mengolahnya. Pelatihan KWT semoga bermanfaat menambah pendapatan petani dibanding saat jual di kebun,” pungkas Akhmad Yani.

Masyarakat Desa Wuwuharjo, hingga saat ini mandiri dengan bahan pangan berbasis jagung putih.

Nasi jagung putih tersebut dikomsumsi untuk makanan sehari-hari pengganti nasi.

Kondisi ini sudah berlangsung sejak dahulu kala.

(Sumber: beritamagelang.id)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *