Magelang, AGRINEWS – Budi daya kelinci sangat menjanjikan secara ekonomi.
Selain mudah dipelihara, kelinci juga memiliki peran penting dalam menambah sumber ekonomi dan protein hewani.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Dispeterikan) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Joni Indarto mengatakan, potensi budi daya kelinci di Kabupaten Magelang sangat besar, lebih dari 100 peternak kelinci tersebar di sejumlah kecamatan.
“Populasinya sekitar 5.000 ekor, tersebar di Kecamatan Tegalrejo, Pakis, Muntilan, Mungkid, Ngablak dan beberapa kecamatan lain,” ujar Joni (29/4/2025).
Menurut Joni, kelinci bisa menjadi hewan kesayangan (fancy) karena bentuknya lucu menggemaskan, tetapi juga memegang peranan untuk penyediaan daging yang berkualitas, terutama di wilayah perkotaan.
Budi daya kelinci, saat ini banyak ditekuni anak-anak muda karena mudah dipelihara dan tidak memerlukan lahan yang luas.
“Kebanyakan peternak adalah anak-anak muda, karena budi dayanya mudah dan tidak memerlukan tempat yang luas,” ungkap Joni.
Di wilayah Magelang raya, kini para peternak kelinci membentuk komunitas Republik Terwelu (kelinci) yang setiap tahun menggelar event kontes.
Salah satunya, Magelang Rabbit Festival 2025 di Artos Mall Magelang yang digelar pada Sabtu (26/4/2025) lalu.
Sebanyak 160 kelinci dari berbagai daerah di Indonesia turut serta dalam kontes ajang tersebut.
“Baru kali ini, kami dari Pemda (Kabupaten Magelang) itu membantu terkait pendanaan. Sebelumnya mereka dana sendiri, skala lebih kecil,” jelas Joni.
Sementara itu, Presiden Republik Terwelu, Aryono Septa Nugroho mengungkapkan, saat ini tercatat lebih dari 100 peternak di Kabupaten Magelang, rata-rata adalah generasi muda millenial.
Menurut Aryono, potensi budi daya kelinci menjanjikan secara ekonomi, khususnya permintaan daging di pasaran yang sangat tinggi.
Daging kelinci terkenal memiliki kandungan protein yang aman untuk diet.
Ia mengatakan, berdasarkan data dari rekan peternak dan pengepul, untuk kosumsi daging kelinci di wilayah Kabupaten Magelang dalam satu pekan, dibutuhkan minimal 200 ekor dan belum tercukupi hingga sekarang.
“Saat ini konsumsi terbesar adalah untuk daging yang dijual dengan harga Rp50.000 per kilogram (kg),” imbuh Aryono.
Aryono menyebut, harga kelinci hias bervariasi antara Rp1 juta, sedangkan standar kelinci hias impor Rp12-16 juta per ekornya.
Selain daging, limbah kelinci yaitu urine dan kotorannya juga selalu dibutuhkan oleh petani sebagai pupuk organik dalam budi daya berbagai tanaman.
“Sangat mudah untuk budi daya, asal bersih dan terawat. Makanannya juga terjaga dengan baik,” pungkas Aryono.
(Sumber: beritamagelang.id)