Bantul, AGRINEWS – Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman, melakukan kunjungan ke Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mentan menyambangi Kelompok Tani Lemah Subur di Dusun Kuwaru, Poncosari, Srandakan, Bantul untuk memimpin gerakan tanam padi di lahan pertanian, yang selama ini menjadi langganan banjir saat musim penghujan.
Dusun Kuwaru adalah lokasi terdampak banjir pada bulan Desember 2024 lalu.
Kegiatan ini, turut dihadiri Ketua Komisi IV DPR-RI, Siti Hediati Soeharto, Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, Jajaran Forkopimda dan jajaran pejabat terkait.
Kementerian Pertanian akan memberikan bantuan benih sebanyak 3.507 kilogram untuk luasan 140,28 hektare di tujuh kelompok tani dengan luas hamparan 200 hektare.
Menteri Amran Sulaiman juga memastikan, lahan pertanian seluas 200 hektare yang menjadi langganan banjir, dapat segera teratasi.
Pihaknya meminta kepada Balai Besar Wilayah Sungai Serayu dan Opak (BBWSSO) untuk segera memperbaiki sungai dengan melakukan normalisasi sungai atau mengeruk sedimentasi yang mengendap di saluran irigasi dalam waktu enam bulan ke depan atau lebih cepat, agar lahan pertanian tidak tergenang.
“Kemudian kita normalisasi sungai penyebab banjir, dan insyaallah, ini adalah solusi permanen yang kita bawa ke sini. Dan dalam waktu satu Minggu, mudah-mudahan semua bantuan sudah selesai terkirim semua,” ujar Mentan pada hari Rabu (15/1/2025).
Sebelum bertandang ke Poncosari, Mentan juga menyambangi kelompok tani di dusun Ngabean, Triharjo, Pandak.
Di sana, Mentan berdialog langsung dengan para petani dan menampung keluhan mereka.
Harga serapan gabah menjadi salah satu hal yang ditekankan oleh Mentan, karena hal ini merupakan kunci dari swasembada pangan.
“Wajib diserap selama gabah ada, tidak boleh di bawah Rp6.500. Yang paling penting adalah serap gabah. Ini adalah kunci swasembada, kalau serap gabah bermasalah, swasembada juga bisa terancam,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih menyatakan, Kabupaten Bantul merupakan daerah penghasil padi yang mampu berproduksi sepanjang tahun.
Luas baku sawah di Bantul sebanyak 13.991 hektare.
Pada tahun 2024 luas panen padi 28.189 hektare, dengan produktivitas rata-rata padi 6,25 ton/hektare gabah kering giling (GKG) dan angka produksi mencapai 176.114 ton GKG.
“Tentunya capaian ini tidak terlepas dari adanya berbagai faktor pendukung dan penghambat budi daya pertanian di antaranya sumber daya alam, sumber daya manusia serta faktor lingkungan,” tutur Bupati.
Bupati menambahkan, di Kecamatan Srandakan, terdapat kendala yang sedang dihadapi petani, berupa tidak optimalnya fungsi saluran drainase dari daerah irigasi Kamijoro, Pijenan Kulon, yang mengakibatkan munculnya genangan air yang merendam lahan padi.
“Untuk itu, kami harapkan dukungan dan solusi bersama berbagi pihak agar kendala ini dapat terselesaikan, sehingga mampu menyelamatkan sekitar 200 hektare lahan padi di kawasan tersebut,” imbuhnya.
Bupati mengatakan, untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian, diperlukan langkah-langkah optimalisasi percepatan tanam dengan pemanfaatan teknologi tepat guna, alat mesin pertanian, suplai air yang lancar, ketersediaan pupuk dan benih unggul, dan pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan.
Untuk itu, peran aktif semua pihak terkait sangat dibutuhkan untuk mendukung tercapainya percepatan tanam dan panen di tahun 2025, sehingga mampu mencapai swasembada pangan.
Pada tahun 2024, Kementerian Pertanian memberikan bantuan untuk Kabupaten Bantul guna peningkatan produksi padi, yakni benih padi seluas 2.516 hektare, benih jagung seluas 500 hektare, pompa air sebanyak 58 unit, Combine Harvester besar sebanyak 9 unit, traktor roda dua sebanyak 15 unit, hand sprayer sebanyak 6 unit, irigasi perpompaan besar wilayah tengah sebanyak 2 unit, (ABT) irigasi perpipaan sebanyak 8 unit, (ABT) irigasi perpompaan besar wilayah tengah sebanyak 5 unit, dengan total keseluruhan bantuan senilai Rp10,93 miliar.
(Sumber: bantulkab.go.id)