Surabaya, AGRINEWS – Industri peternakan ayam, terutama ayam broiler atau ayam pedaging, sering menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri dan infeksi sekunder, yang disebabkan oleh bakteri.
Salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pencernaan dan pernafasan pada ayam broiler adalah bakteri.
Pengobatan infeksi bakteri dengan antibiotik, semakin meningkat setiap tahunnya.
Ayam broiler yang terinfeksi oleh bakteri Gram positif dan Gram negatif, sering diobati dengan kombinasi enrofloxacin dan tylosin, yang mekanisme kerjanya secara sinergis.
Tylosin adalah broad-spectrum macrolide antibiotic, sedangkan enrofloxacin adalah broad-spectrum fluoroquinolone antibiotic.
Pada peternakan unggas komersial di Indonesia, kombinasi enrofloksasin dan tylosin sering digunakan secara bersamaan karena keduanya memiliki aksi sinergis terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan residu obat pada produk akhir, yang berpotensi membahayakan kesehatan konsumen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah kasus dan residu enrofloksasin dan tylosin yang melebihi ambang batas maksimum jumlah kasus penggunaan antibiotik enrofloksasin dan tylosin secara berlebihan pada peternakan ayam pedaging komersial di Indonesia, serta mendeteksi residu obat yang melebihi ambang batas maksimum yang telah ditetapkan SNI 2000.
Berdasarkan SNI 2000, Batas Maksimum Residu (BMR) dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran konsumen dan peternak ayam pedaging tentang dampak residu norfloksasin dan tylosin pada produk ayam pedaging.
Metodologi penelitian meliputi pengumpulan data dari beberapa peternakan komersial, analisis laboratorium untuk mendeteksi residu antibiotik pada produk ayam, dan perbandingan data dengan standar yang telah ditetapkan.
Residu enrofloksasin dan tylosin pada ayam broiler banyak ditemukan dalam sejumlah literatur, baik dalam kasus residu maupun deteksi residu.
Bahkan sejak tahun 2010 hingga 2023, beberapa penelitian menemukan adanya residu tylosin dan enrofloksasin pada produk ayam pedaging.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan penggunaan antibiotik yang signifikan selama satu dekade terakhir, serta ditemukannya residu enrofloksasin dan tylosin di atas batas yang diizinkan pada beberapa sampel produk ayam pedaging.
Temuan ini mengindikasikan perlunya peningkatan kesadaran dan regulasi penggunaan antibiotik di sektor peternakan untuk melindungi kesehatan konsumen.
(Sumber: unair.ac.id)