PUPUK ORGANIK: Petani Padi di Kabupaten Magelang Minati Pupuk dari Kotoran Kambing

Kotoran kambing yang sering dianggap sebagai limbah dan bau, di tangan Azis Budi Rohmad, warga Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, justru menjadi pundi-pundi uang, setelah diolah menjadi kompos atau pupuk organik yang kaya nutrisi dan diminati oleh petani

Kotoran Kambing Diolah Menjadi Pupuk Organik umber: .beritamagelang.id)
banner 120x600

Magelang, AGRINEWS – Kotoran kambing yang sering dianggap sebagai limbah dan bau, di tangan Azis Budi Rohmad, warga Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, justru menjadi pundi-pundi uang, setelah diolah menjadi kompos atau pupuk organik yang kaya nutrisi dan diminati oleh petani.

Ponidi, petani padi Desa Tirto, Kecamatan Salam, sudah menggunakan kompos pupuk organik dari kotoran kambing tersebut.

banner 325x300

Menurutnya, pupuk kandang ini dapat meningkatkan kesuburan tanah.

“Harganya juga murah dibanding pupuk kimia. Pupuk kandang dari kotoran kambing yang sudah diolah ini, selain tidak bau, juga lebih ramah lingkungan, serta bagus untuk tanaman padi lebih subur,” ujar Ponidi (18/3/2025).

Harga satu sak kompos atau pupuk organik dari kotoran kambing ukuran kecil 10 kg adalah Rp15.000, sedangkan ukuran besar 24 kilogram seharga Rp35.000.

“Harga ini lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk kimia, yang katanya ada subsidinya. Namun, petani padi di sini lebih suka menggunakan kompos atau pupuk kandang yang sudah diolah,” ungkapnya.

Pengusaha pupuk atau kompos dari kotoran kambing etawa asal Desa Sewukan, Dukun, Azis Budi Rohmad melihat peluang pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk sangat besar, karena wilayah Kabupaten Magelang adalah area pertanian, khususnya di Kecamatan Dukun, dimana para petani menggunakan pupuk kimia.

Seiring waktu, pupuk kimia sulit didapat dan harganya sering naik, sehingga harga produksi petani pun ikut naik.

Untuk itu, ia berpikir bagaimana mengolah kotoran kambing jadi pupuk, menjadi alternatif dan bisa membantu mengurangi biaya produksi bagi petani.

“Pada awalnya, saya melihat tata cara pengolahan limbah kotoran kambing di media online. Setelah itu, mulai belajar dari teman-teman dan juga bertanya dengan dinas pertanian. Dari sana banyak belajar bagaimana cara mengolah pupuk yang benar,” imbuhnya.

Setelah dirasa cukup ilmu, ia mulai membeli bahan-bahan untuk modal awal, di antaranya mesin giling, dan juga bahan baku berupa kotoran kambing.

Bahan baku kotoran kambing etawa diambil dari Purworejo, karena lebih baik dibandingkan dari kotoran-kotoran lain untuk diolah sebagai pupuk.

Kotoran dari kambing etawa, cenderung lebih besar, sementara untuk kotoran kambing lain masih menggumpal-gumpal.

“Jadi, kotoran kambing etawa yang lebih kering diproses dan ditambahkan dolomit, kapur, terus dikasih cairan untuk pengurainya, kemudian digiling biar lebih lembut,” terangnya.

Dalam satu bulan, bisa memproduksi ribuan karung.

Ke depan, produksi bisa meningkat hingga 1.500-2.000 karung.

(Sumber: .beritamagelang.id)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *