Magelang, AGRINEWS – Sepasang suami istri di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sukses menjalankan kegiatan pertanian organik.
Selain lebih ramah lingkungan, pertanian organik dipilih karena biayanya lebih terjangkau, namun hasilnya lebih menjanjikan.
Meninggalkan bisnis konveksi di Jakarta, pasangan Tinan Prasetyo dan Ermina Haridesta, memilih bertani tanaman organik secara mandiri.
“Dari awal kami dengan organik, sekitar lima tahun,” ujar Ermina pada hari Senin (18/8/2025).
Tinan dan Ermina memanfaatkan lahan sawah di dekat rumah mereka di Dusun Trasan, Desa Bringin, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
Lahan yang tak begitu luas itu, mereka manfaatkan dengan menanam berbagai tanaman pangan secara tumpangsari.
Ermina mengaku memilih tanaman secara teliti, berdasarkan musim dan cuaca.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi gagal panen, akibat serangan hama maupun cuaca serta efektivitas perawatan.
“Sekarang ada tanaman organik, kita tanam cabai, semangka dan terong,” ujar Ermina.
Ermina menambahkan, transformasi dari pebisnis ke pertanian tidaklah mudah, berbagai kendala sempat mereka hadapi, mulai dari serangan hama, cuaca hingga sulit untuk menjual hasil panen.
Namun semua kendala itu tak menyurutkan langkah mereka untuk terus bertani organik.
“Awalnya di sini, padi juga padi jenis mentik wangi susu dan ternyata banyak disukai oleh customer kami, karena rasanya jauh lebih enak,” kenangnya.
Dari jerih payah itu, kini, Tinan dan Ermina bisa meraih keuntungan dari harga jual tanaman organik yang lebih tinggi dibanding tanaman non organik.
Hasil panenan khususnya beras organik, selama ini dijual ke beberapa kota seperti Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Klaten.
“Harganya jauh lebih mahal, sekitar (selisih) Rp4.000 lebih tinggi dari non organik. Karena hasilnya lebih banyak dan rasanya lebih enak,” ungkap Ermina.
Tidak hanya mendapat laba penjualan, Tinan dan Ermina juga mendapat sumber pangan mandiri seperti beras, buah dan aneka sayuran organik yang menambah sehat.
Senada dengan Ermina, sang suami, Tinan Prasetyo menjelaskan, pilihan bertani organik, karena tanaman lebih tahan hama, menyehatkan untuk dikomsumsi serta biayanya sangat murah.
Ia mencontohkan, perbandingan dalam aplikasi penggunaan pupuk kimia 3 atau 2 dan organik 1, maka hasil panenan tetap menang organik, karena cost atau biaya yang dikeluarkan sangat murah.
“Selain murah, pertanian organik mudah diterapkan dari bahan di sekitar lingkungan secara gratis tidak perlu biaya,” jelas Tinan.
Peralihan dari pengusaha menjadi petani, bagi Tinan telah memberi pengalaman berharga.
Ia bersama istri, kemudian menularkannya ke warga lain untuk menjalani pertanian organik.
Untuk menambah wawasan, Tinan sering mengajak sang istri ke berbagai pertemuan antarpetani di Kabupaten Magelang.
“Harapnya, semua petani di sekitar lahan bertani organik. Tapi memang merubah mindset itu perlu waktu,” pungkas Tinan.
(Sumber: beritamagelang.id)