Pangkalpinang, AGRINEWS – Kementerian Pertanian (Kementan) RI dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengantisipasi dan melindungi populasi ternak sapi dari penyakit mulut dan kuku (PMK).
Bersama Balai Veteriner Lampung (BVet Lampung) Kementan dan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Bangka Belitung, berbagai strategi diterapkan untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Langkah pertama, adalah memperkuat deteksi dini.
Pemerintah bersama pemerintah daerah meminta para medik veteriner di setiap kabupaten, agar segera mengidentifikasi gejala PMK pada ternak.
Setiap kasus yang mencurigakan, harus dilaporkan tanpa penundaan.
Kepala Balai Veteriner Lampung, Suryantana mengatakan, deteksi dini adalah garis pertahanan pertama melawan PMK.
“Tindakan cepat di lapangan, sangat penting untuk memutus rantai penularan PMK. Jika terlambat, kerugian bisa meluas ke subsektor peternakan dan ekonomi lokal,” ujar Suryantana dalam rapat koordinasi secara online, pada hari Sabtu (4/1/2025).
Langkah kedua, adalah melakukan pendataan terhadap ternak yang belum divaksinasi.
Setelah data terkumpul, vaksinasi akan dilakukan secara intensif untuk memberikan perlindungan maksimal.
“Kami mengutamakan vaksinasi sebagai cara efektif mencegah penyebaran PMK. Vaksinasi harus dilakukan secara menyeluruh agar setiap ternak terlindungi,” imbuh Suryantana.
Pemerintah daerah juga menggarisbawahi pentingnya sinergi antara peternak dan medik veteriner.
Para peternak diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, menjaga biosekuriti, dan melaporkan setiap tanda-tanda penyakit pada ternak mereka.
“Kolaborasi yang erat adalah kunci utama untuk melindungi ternak dari ancaman penyakit,” ungkap Correy selaku perwakilan Pejabat Otoritas Veteriner (POV) Provinsi Babel.
Dengan deteksi dini, pelaporan cepat, dan vaksinasi massal, Bangka Belitung optimistis mampu menekan ancaman PMK.
Upaya ini tak hanya untuk melindungi populasi ternak, namun juga menjaga keberlanjutan subsektor peternakan di wilayah tersebut.
(Sumber: ditjenpkh.pertanian.go.id)