Siak, AGRINEWS – Hamparan hutan lebat di pesisir Kabupaten Siak, Riau, tidak hanya menyimpan kekayaan hayati, tetapi juga menjadi sumber penghasilan masyarakat melalui produksi madu hutan liar atau madu Sialang (Apis dorsata).
Madu dengan rasa khas dan kandungan nutrisi tinggi ini, sudah menjadi komoditas unggulan yang diminati pasar domestik dan internasional, seperti Malaysia dan Singapura.
Madu Sialang dikenal sebagai produk alam yang dihasilkan oleh lebah liar dari berbagai jenis bunga hutan (multiflora).
Ini menjadikannya memiliki cita rasa unik dan khasiat yang tinggi.
Selain madu Sialang, masyarakat Siak juga membudidayakan lebah madu jenis Apis Mellifera, yang hasilnya turut mendukung kesejahteraan warga melalui sistem bagi hasil.
Salah satu pemasok madu terbesar di Kabupaten Siak, Ridwan mengungkapkan, dalam satu kali panen per bulan, madu sialang bisa mencapai 3 hingga 5 ton, sementara madu ternak bisa mencapai hingga 20 ton.
“Ini bukti bahwa Siak kaya akan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK),” ujar Ridwan di Siak, pada hari Minggu (11/5/2025).
Ridwan menambahkan, sejarah panjang madu di Siak, dibuktikan dengan ditemukannya fosil lilin lebah di Istana Siak yang telah berusia ratusan tahun.
“Artinya sejak zaman kerajaan dulu, masyarakat Siak telah mengelola madu hutan untuk dikonsumsi dan dijual,” ungkapnya.
Selama 15 tahun berkecimpung di dunia bisnis madu, Ridwan telah memasarkan produknya ke berbagai wilayah, termasuk Pekanbaru, Medan, Jakarta, hingga Malaysia dan Singapura.
“Permintaan dari luar negeri cukup tinggi. Tiap bulan kami bisa mengirim 2-3 ton ke Malaysia,” imbuhnya.
Ridwan juga aktif mendorong pemberdayaan UMKM lokal dengan menyuplai madu ke pedagang eceran di dalam kota Siak.
“Alhamdulillah, dari usaha ini, saya bisa menciptakan lapangan pekerjaan, serta membantu ekonomi para petani madu di desa penghasil madu liar. Saya juga bisa menguliahkan anak ke keluar negeri,” imbuhnya.
Ia berharap, ke depan bisa mengembangkan produk turunan madu dengan merek khas Siak untuk dijual sebagai oleh-oleh.
“Madu ini seperti butiran emas tersembunyi dari hutan tropis Siak. Saya ingin, suatu saat madu asli Siak bisa menjadi buah tangan khas wisatawan,” kata ayah empat anak ini.
Ridwa tak menampik tantangan dalam bisnis ini, salah satunya, adalah keberadaan penjual madu oplosan yang merusak harga dan kepercayaan konsumen.
Untuk menjaga kualitas, Ridwan hanya membeli madu dari mitra terpercaya dan memantau langsung proses panennya.
“Kami selalu memastikan madu yang dipanen sudah cukup umur dan kualitasnya terjaga. Kami juga menjaga kelestarian ekosistem lebah di hutan,” jelasnya.
Selain madu, Ridwan juga mengekspor lilin lebah ke luar negeri.
“Produk lebah kita justru laku di luar negeri, mereka berapa ada sanggup beli. Karena permintaan di tingkat konsumen tinggi, termasuk lilin lebah, mereka juga ambil,” terangnya.
Harga madu Sialang, saat ini berkisar Rp100 ribu per kilogram, madu ternak Rp50 ribu, dan madu Kelulut Rp150 ribu.
Ridwan juga melayani pengiriman partai kecil dan besar ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk melalui ekspedisi.
Sejauh ini,wilayah penghasil madu Sialang di Kabupaten Siak, meliputi Kecamatan Sungai Apit, Tualang, Koto Gasib, dan Sungai Mandau, yang masih memiliki hutan alam sebagai habitat lebah liar.
(Sumber: infopublik.id)