Tangerang, AGRINEWS – Bisnis peternakan merupakan suatu jenis usaha yang akan terus berjalan, selama manusia masih ada di muka bumi.
Karena itulah, produk peternakan sebagai penghasil bahan pangan, senantiasa selalu dibutuhkan oleh manusia.
Pembahasan tersebut mengemuka dalam gelaran Seminar Nasional ISPI: Livestockpreneur Stand Out, dalam rangkaian kegiatan pameran internasional ILDEX 2025 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, pada hari Kamis (18/9/2025).
Ashab Alkahfi selaku Founder and President Chickin Indonesia mengatakan, usaha peternakan ayam memang memiliki risiko tinggi (high risk), namun masih ada peluang yang besar karena permintaan terhadap daging ayam yang terus tumbuh.
“Konsumsi ayam di Indonesia diperkirakan meningkat, didorong oleh percepatan PDB (produk domestik bruto – red.)/kapita dengan meningkatnya populasi kelas pekerja, yang mana pembukaan kembali perekonomian, akan mendorong pertumbuhan itu,” ujar Ashab.
Senada dengan Ashab, CEO Pramoda Egg & Founder Swasembada, Mahardika Agil Bimasono mengungkapkan, usaha di bidang peternakan – khususnya unggas, memiliki karakteristik yang khas seperti populasi/volume yang besar, sehingga omsetnya besar, putaran uang sangat pendek, dan siapa yang cepat memindahkan risiko, adalah dia yang akan menjadi pemenang.
“Kalau sebagai pemula, yang perlu dilakukan adalah bagaimana caranya agar produk cepat laku karena (produk) mudah rusak. Nanti kalau sudah besar, pikir cara buat amankan supply chain dan sourcing,” ungkapnya.
Sementara itu, CEO Nusa Farms Indonesia, Wahyu Ramdani mengatakan yang ideal dalam membangun bisnis, adalah dengan model bisnis yang sesuai passion.
“Sejak kuliah saya senang dengan sapi potong. Jadi sekarang ini bisnisnya juga beternak sapi potong,” pungkasnya.