Pekalongan, AGRINEWS – Lembaga Kemitraan Indonesia melakukan pemberdayaan masyarakat di 8 kelurahan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah yang menjadi sasaran Program Adaptation Fund (AF).
Salah satunya, di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara.
Di wilayah ini, lahan eks bengkok yang sempat bertahun-tahun tergenang air banjir dan rob, dioptimalkan kembali untuk budi daya ikan nila.
Budi daya ikan nila ini sudah diinisiasi sejak 1 Juni 2024 oleh Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) Kelurahan Kandang Panjang dengan jumlah penebaran bibit ikan nila sebanyak 3.450 ekor.
Hingga kini, sudah membuahkan hasil panen tiga kali pada hari Jumat (10/1/2025).
Direktur Eksekutif Kemitraan Indonesia, Laode M. Syarif mengungkapkan, Kemitraan mendukung Pemkot Pekalongan melalui berbagai program diantaranya pengelolaan sampah terpadu, pembuatan tanggul untuk pemecah gelombang, termasuk pengelolaan tambak terpadu dan pemberdayaan masyarakat dengan tanaman dalam pot.
“Kami berupaya dan bekerjasama dengan Pemkot dan masyarakat yang menjadi sasaran program memaksimalkan potensi wilayah, dimana di sini banyak lahan-lahan kosong eks rob, yang ternyata bisa dimanfaatkan untuk budi daya ikan nila yang tentu tahan terhadap salinitas di wilayah ini dan alhamdulillah, hasilnya sudah bisa dipanen,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Nur Priyantomo yang memanen langsung ikan nila, mengapresiasi upaya Kemitraan Indonesia yang telah membantu Pemerintah Kota Pekalongan melalui program Adaptation Fund, baik program penanganan infrastruktur maupun pemberdayaan masyarakat, salah satunya dalam bentuk budi daya perikanan dan urban farming bidang pertanian.
“Dengan memanfaatkan kembali lahan-lahan eks rob menjadi lahan produktif untuk budi daya perikanan ini, tentu bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat,” ungkapnya.
Jika kegiatan ini bisa memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat, ia yakin kegiatan pemberdayaan masyarakat ini bisa dilakukan untuk jangka panjang.
Program MoU dengan Kemitraan ini, nantinya akan berakhir pada bulan Juli 2025.
Meski begitu, pihaknya berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan program ini.
“Mudah-mudahan kegiatan ini bisa dikembangkan, terlebih di sini juga ada budi daya bibit tanaman sayur, sehingga bisa diselaraskan untuk penanganan stunting di wilayah ini, dengan ditunjang makan bergizi bagi masyarakat, dimana proteinnya bisa diambil dari ikan, sayur, dan sebagainya. Kami harapkan, program bisa direplikasikan di kelurahan-kelurahan lain yang belum disasar Program Adaptation Fund Kemitraan,” harapnya.
Sementara itu, Camat Pekalongan Utara, Wismo Aditiyo menilai, kegiatan ini menjadi suatu bentuk kerja sama yang bagus dari Kemitraan Indonesia melalui Program Adaptation Fund.
Wilayah Kecamatan Pekalongan Utara memiliki potensi perikanan dengan budi daya tambak yang luar biasa.
Kegiatan ini, nantinya bisa dikembangkan menjadi ekowisata yang beriringan dengan potensi mangrove dan urban farming untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Wismo mendorong masyarakat pesisir Utara Kota Pekalongan untuk merubah mindset dengan melakukan upaya-upaya adaptasi terhadap perubahan iklim yang disesuaikan dengan kondisi wilayahnya masing-masing.
Ketika sudah difasilitasi infrastruktur yang baik, tapi kalau mindset masyarakatnya tidak ada perubahan, maka akan menjadi sia-sia.
Di sisi lain, ketika semua berjalan seiringan tentu bisa membawa dampak baik untuk masyarakat sekitar.
“Konsepnya nanti akan dikembangkan untuk pemancingan sebagai kegiatan ekonomi warga sehari-hari, dimana ada sisi hiburan wisatanya ada, dan sisi produksi area tambak juga ada, serta bisa meningkatkan perekonomian warga setempat,” ujarnya.
Terkait dengan hal ini, Lurah Kandang Panjang, Amat Fauzan mengatakan, pengelolaan tambak berkelanjutan ini, tentunya akan menambah nilai ekonomi masyarakat Kandang Panjang.
Fauzan menyatakan, bibit ikan disediakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan setempat serta panen telah dilakukan tiga kali dengan waktu pembesaran 1-2 bulan.
Panen pertama dilakukan pada 27 Oktober 2024 dengan hasil 13 kg, panen kedua pada 17 November 2024 dengan hasil 14 kg, dan panen ketiga ini dengan hasil 50 kg.
“Hasil panen ini kemudian dijual ke tengkulak, pesanan dari TP-PKK dan pihak lain. Rata-rata per panen ada yang per kilogramnya isi 5 ekor sampai 10 ekor dengan harga jual Rp20.000 sampai dengan Rp23.000 per kilogramnya,” imbuhnya.
(Sumber: pekalongankota.go.id)