Sleman, AGRINEWS – Sembilan mahasiswa Otemon Gakuin University (OIDAI), Jepang, bersama lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mendapat pengalaman unik.
Pengalaman yang tak akan terlupakan itu, terjadi di Desa Wisata Edukasi Bencana Petung, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 19–21 September 2025.
Selama tiga hari, mereka belajar langsung dari masyarakat, tentang bagaimana hidup berdampingan dengan alam.
Bukan itu saja, mereka juga sekaligus menghadapi potensi bencana di kawasan rawan erupsi Merapi.
Tidak sekadar berkunjung, para mahasiswa ikut serta dalam berbagai aktivitas warga.
Mulai dari memanen dan mengolah kopi, merawat ternak, memetik sayuran dan buah, memasak hidangan tradisional, hingga berlatih memainkan gamelan dan menikmati pertunjukan tari.
Interaksi langsung ini, membuat mereka merasakan nuansa kehidupan desa dengan cara yang autentik.
Pengalaman mereka semakin lengkap, ketika rombongan diajak menyusuri jalur bekas erupsi Gunung Merapi tahun 2010 dengan menggunakan mobil jeep wisata Merapi.
Mereka berkesempatan melihat dari dekat sisa-sisa material vulkanik, serta mendengar cerita warga tentang perjuangan bangkit pascabencana.
Di hari terakhir, mahasiswa juga berkunjung ke Museum Gunung Api Merapi untuk memperdalam pemahaman tentang sejarah letusan, geologi, dan strategi mitigasi bencana.
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Pembangunan Wilayah OIDAI sekaligus ketua rombongan, Hikaru Kenchu, Ph.D., kegiatan ini bukan hanya program pertukaran budaya, tetapi juga sarana pembelajaran lapangan.
“Mahasiswa kami tidak hanya mengamati, tetapi juga berinteraksi langsung dengan masyarakat serta pelaku usaha wisata. Semua ini akan menjadi bekal penting dalam penulisan tugas akhir mereka,” ujarnya.
Keseruan dan nilai edukatif kegiatan ini, juga dirasakan para peserta.
“Ini pengalaman pertama saya melakukan banyak hal yang belum pernah saya temui di Jepang. Sangat berkesan,” ungkap Kishinoto Shosei, mahasiswa OIDAI.
Hal serupa juga diungkapkan Fira, mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Bahasa Jepang untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional UGM.
“Saya bisa berlatih langsung keterampilan bahasa Jepang, sambil mendapatkan pengalaman baru bersama teman-teman dari OIDAI,” tuturnya.
Sementara itu, Norma Hary Nugroho selaku Ketua Pengurus Desa Wisata Edukasi Bencana Petung menambahkan, konsep yang diusung desa adalah living in harmony dengan Merapi.
“Setiap aktivitas di sini, adalah bentuk adaptasi sekaligus penghormatan terhadap alam. Kami gembira bisa berbagi pengalaman dengan mahasiswa Jepang dan UGM,” jelasnya.
Kegiatan ini memperlihatkan bahwa desa wisata tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga menjadi ruang perjumpaan budaya, sarana pembelajaran kebencanaan, serta wadah memperkuat solidaritas antarbangsa dalam menghadapi tantangan hidup di kawasan rawan bencana.