Wisata  

TUBAN: Berawal Bantu Suami, Usaha Emping Jagung, Kini Jadi Nafkah Utama

Usaha emping jagung yang dirintis sejak 22 tahun lalu itu, kini malah menjadi nafkah utama keluarganya, setelah sang suami meninggal dunia

Emping Jagung dari Tuban (Sumber: tubankab.go.id)
banner 120x600

Tuban, AGRINEWS – Hayatunnikmah, warga Desa Klutuk, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, patut dijadikan teladan.

Usaha emping jagung yang ia tekuni, berawal saat membantu suami untuk mencukupi ekonomi keluarga.

banner 325x300

Kini, usaha yang dirintis sejak 22 tahun lalu itu, malah menjadi nafkah utama keluarganya, setelah sang suami meninggal dunia.

“Saya mulai sejak tahun 2002 membantu suami. Waktu itu, anak-anak sudah pada sekolah, saya buat emping,” ucap Hayatunnikmah.

Emping jagung menjadi pilihan Hayatunnikmah, karena Desa Klutuk menjadi salah satu desa penghasil jagung di Kecamatan Tambakboyo.

Selain itu, emping jagung juga disukai oleh semua kalangan.

Apalagi, kala itu, masyarakat sekitar juga lebih memilih memanfaatkan jagung untuk dibuat nasi dan camilan marning.

Sejak saat itu, ia membuat emping jagung dan menjualnya ke pasar Tambakboyo.

“Memang karena emping jagung masih jarang waktu itu, terus enak gurih dan renyah, dan tidak cepat kedaluwarsa,” ungkapnya.

Hayatunnikmah menjelaskan satu per satu proses pembuatan emping jagung.

Mulai dari proses pipil jagung, atau memisahkan jagung dari bonggolnya, kemudian proses perebusan, proses sangrai menggunakan pasir, proses selep, hingga penggorengan menggunakan minyak goreng, serta proses packing.

“Selep ini saya mulai tahun 2015, dulunya kita tumbuk pakai lesung, jadi lebih sedikit produksinya 6-7 kg. Dengan selep ini, jadi bisa 25 kg per hari,” terangnya.

Ia menjalankan usaha dibantu tiga karyawan yang juga tetangganya.

Dalam sehari, sekitar 25 kilogram jagung diproses untuk menjadi emping jagung dan siap dipasarkan ke pasar tradisional atau memenuhi pesanan.

Usaha empingnya telah mengantongi sertifikat halal dan Izin Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) tahun 2015.

Pada tahun 2021, Hayatunnikmah juga bergabung dengan Himpunan Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Hipmikindo) untuk mendapatkan penguatan terhadap usahanya, dan belajar untuk melakukan promosi.

“Di Hipmikindo saya belajar banyak hal, seperti memperluas pemasaran, serta membuat kemasan yang lebih menarik,” jelasnya.

Pesanan mulai ramai saat datang Ramadan hingga Hari Raya Idulfitri.

Di bulan itu, ia bisa memproduksi hingga 2 kuintal.

Jika di hari biasa, satu bulan mencapai 1,5 kuintal.

Namun, pada Agustus hingga September ini pesanan sangat sepi.

Selain menjual produknya di pasar tradisional, juga banyak pesanan datang dari Babat, Lamongan dan Surabaya.

Namun, ia mengaku, jumlah pesanan semakin berkurang.

Pamor emping jagung miliknya sudah tak sebesar dulu, ketika ia menjadi yang pertama di desanya.

“Dari segi pemasaran memang saya kalah jauh dengan yang muda-muda, mereka lebih gesit, lebih inovatif, saya sudah tua. Tapi, di samping memang karena rezeki saya juga memang segini,” tuturnya.

Selain melayani pesanan dan menjualnya ke pedagang pasar 50 bungkus per minggu, ada mimpi besar yang ingin ia lakukan, yaitu memasarkan produknya ke toko modern.

Ia mengaku masih kesulitan untuk bisa menembus pasar toko modern.

Memang, Hayatunnikmah hanya bisa memasarkan lewat layanan media sosial Whatsapp dan Facebook, atau mengandalkan tetangga dan kerabat untuk mempromosikan produknya.

Ia berharap, ke depan produknya bisa menghiasi toko modern yang ada di Kabupaten Tuban.

“Saya pingin sekali, mudah-mudahan tahun ini,” harapnya.

(Sumber: tubankab.go.id)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *